Thursday, April 5, 2012

Akhir Pekan

Minggu yang kujalani cukup untuk membuat kepala ini tetap tegak. Melawannya kejahataan iblis manapun untuk tetap bertahan dalam angan ini. Akhir pekan adalah waktu yang selalu aku dambakan teman. Bukannya waktu untuk tidur-tiduran atau terlepas dari aktivitas membantu induk semangku.Tetapi akhir pekan yang cukup untuk menagih kasih sayang dari ibu dan ayahku. 

Pada kesempatan sebelumnya, telah kubicarakan padamu tentang aku tidak tinggal bersama orang tua kandungku melainkan dengan induk semangku. Perkara aturan konyol yang kini mulai terlepas dari sisihan waktu. 

Bisa dikatakan, aku selalu mendapatkan kasih sayang seminggu sekali. Hahaha. Pemikirannya yang aneh. Aku mulai menhapus seluruh pikiran aneh itu. Karena aku yakin, masih banyak orang yang menyayanggiku. Entah siapupun itu.

Waktu yang tepat pun menyambangiku di akhir pekan ini. Aku senang tak terkira. Bukan sekedar mendapatkan kasih sayang, melainkan menemui saudara sebadanku. Walaupun aku terpisah dengan keluargaku, aku selalu mempunyai keterkaitan emosional yang cukup mendalam. Terukur melalui jarak yang tak hingga. Melampaui batasan perhitungan logika yang sempurna. 

Aku sangat merindukan tangisan adikku saat kujahili. Pasti diikuti dengan celotehan ibuku yang mampu mengatasi rasa kasih sayang ini. Semuanya tergambar seperti lukisan monalisa racikan Leonardo Da Vinci. Kebahagian yang hanya kudapat di ahkir pekan, yang tak tergantikan dengan kemewahan ala konglomerat. 

Bercengkrama bebas sepanjang harian. Membahas masalah sekolahku serta kehidupanku yang ditemani secangkir teh hangat. Suara renyah dari kripik ubi juga mengawani kami dalam kelembutannya minggu pagii. Fajar kini mulai menyongsong naik. Perlahan merebut waktuku yang terbatas ini, berharap waktu akan berhenti di akhir pekan ini.

Kini waktu telah memasuki tengah hari, setelah berpuas bercengkrama aku langsung menjahili adikku yang berumur 2 tahunan ini. Hahahahaha. Senang rasanya menjadi pemimpin untuk adikku ini. Pemimpin ? kalian pasti bertanya teman akan hal ini. Adikku selalu memanggilku dengan sebutan "ketua". Dia meletakkan kepercayaan yang di fondasi utama hati ini. Cukup berani. Kepercayaannya kini aku bayar dengan perjuangan untuk pergi hidup jauh dari keluarga ini.

Azan ashar kini mulai berkumandang, waktunya untuk menjalani rutinitasku seperti biasa. kembali ke daerah perkotaan. Distrik Gg. Dogol. Kehidupan yang penuh tantangan kini menungguku. di gerbang penantian. Dengan berat hati, sesegera mungkin aku mulai menapak pergi dari rumah persinggahan ini. Aku takut dilihat cengeng ketika pergi kembali kerumahku. Tak jarang aku merintih dalam hati ini, menagnis seduh ditemani angin sore yang mengundang pengorbanan ini. Kini aku tebiasa dengan hal seperti ini. Tak salah jika nama Lae mulai tersemat di bahu ini. Nama yang kini menjadi milikku seutuihnya.

No comments:

Post a Comment