Wednesday, April 4, 2012

Warung Sederhana

Setelah lelah menjalani hari yang keras ini, aku sering memandangi langit ketika senja mengundang. Hal terbaik adalah, menatap hari esok dengan sergapan kerja keras dan totalitas tiada henti. Kini hari akan segera meninggalkanku dibalik warung sederhana ini. Aku bersama kerabatku sering nongkrong di tempat ini. Walaupun sedikit kumuh, jangan kau tanyakan kualitas seduhan teh ataupun kopi racikan penjaganya. Didorong dengan harga yang bersahabat, warung ini terkenal di seantero Gg. Dogol.


Sembari menikmati seduhan teh didepanku, aku sering mendegar celotehan masyarakat bawah tentang bobroknya pemerntah ini. Debat kusir ini selalu berakhir dengan ketidakjelasan yang tiada ujungnya. Kau tahu teman, aku sering ngumpat didalam hati suci ini, kalaian aku mendegarkan kata-kataku tapi suatu saat nanti. Aku berjanji untuk sahabatku yang selalu menjadi bahan tiada berkutik jika sedikit menyinggung obrolan mereka. 

Hari kian bergulir turun, matahari pun seakan mengikuti perintah sang Khaliq. Desir angin yang mulai menyapa mewarnai senja. Perdebatan kini malai memasuki baabak akhir. Seperti biasannya, perdebatan ini dimenangkan oleh "Wak Jamil". Sang raja adu mulut dari daerah kehangatan yang tertunda ini. Sifatnya yang tau mau kalah selalu menjadi sekuel terpanas dalam menjalani perdebatan. Ketika kau bilang "A", maka ketika itu juga dia akan mematahkan kata yang terlontar. Ini sifat yang menarik dari dirinya. Aku pun selalu mendengarkan petuahnya yang sedikit konyol dengan realita akal cerdas ini. 

Beberapa petuah yang kini masih hinggap dengan jelas di memori otakku. Nasihat hidup yang turut ambil bagian dalam pembentukan karakter Lae. Isinya memang tidak bisa dicerna dengan pemikiran ala ilmuwan terhebat. Hatilah yang berbicara untuk menangkap pelajaran hari ini.Seolah membuka mata untuk membaca huruf Braile yang terpampang dalam pandangan kosong ini. 

Pertama, tak perlu sehebat mana kau berpengetahuan tetapi sehebat mana kau mencari pengetahuan itu. Salah satu cara yang ditawarkannya kepadaku adalah berdebat. Aku pun tidak tahu kenapa berdebat merupakan solusi terbaiknya. Kini dengan keangkuhannya dalam berkata, ia mulai menjelaskan secara perlahan mengenai berdebat.

Dengan kita sering melakukan perdebatan, maka secara tidak langsung kau akan menerima pemikiran orang tersebut melalu hal yang disampaikannya. Benar bukan ? Katanya menusuk tajam kedalam hati ini. Seakan mulai membuka mataku untuk membaca huruf Braile lainnya didalam pikirannya.

Setelah kau menerima pemikirannya, maka kau baru saja menemui pengetahuan karya sang pencipta. Inti permasalahnnya selanjutnya adalah bagaimana memanfaatkan pengetahuan itu untukmu. Apabila kau menemukan faedahnya, maka kau akan berusaha membuat jalan untuk pengetahuan lainnya. Bagaimana caranya ? Sontak aku bertanya. Caranya mudah. Sahutnya dengan muka tertawa

Pemikiran yang kita dapat dalam perdebatan kini kita kuadratkan dengan pemikiran kita sendiri. Kombinasi yang sempurna bukan ? Aku menggangguk tertegun. Dia mulai mengajakku berfikir dan berimajinasi di senja ini.Proses berfikirlah yang diperlukan untuk itu semua. Sahutku dengan wajah keluguan ini.
Yap. Sahut wak jamil dengan nada tinggi. Pemikiran yang bagus bocah kecil.

Aku baru saja menjelaskan alasan pertama, yang kedua adalah bagaimana kau menjadi sosok yang tak mau kalah dalam suatu apapun di dunia ini. Wak jamil memang tak mau kalah dalam perdebatan manapun, walaupun dia mempunyai salah pendapat ataupum peryataannya. Sedikit egois itu memang. Tapi bagaiamana kau mengontrol ketidakegoisan itu teman.

Jiwa pemberani perlahan akan dibangkitkan dengan sifat tak mau kalahmu ini. Dibangunkan dari tidur lelapnya ketakutan. Terangsang oleh hormon adrenal yang kian terpacu  dengan keberanianmu. Kini kau telah menjadi seorang pemberani dalam hidup dengan perdebatan. Kenapa ? Karena kau baru saja mengalahkan ketakutanmu untuk melawan kekalahan dengan semangat yang tak jua padam dari segi kecilnya perdebatan. Benar sekali.

Pelajaran hari ini cukup sampai disini ya teman. Tegukan terakhirku menjelang azan magrib. Kumandang suci inilah yang memisahkan waktu untuk menuntu ilmu di sekolah lapangan. Dengan ilmu yang tak terbatas. Tergantung bagaimana kau menggalinya dan memanfaatkanya serta dibutuhkannya jembatan keledai untukmenyatukan berbagai konsep sederhana menjadi luar biasa.

No comments:

Post a Comment